Apa pun proyek desainnya, jangan sampai kehilangan arah atau malah terbengkalai! Kehadiran brief desain sangat dibutuhkan agar proyek yang dikerjakan dapat membuahkan kesuksesan.
Apa itu brief desain? Dokumen ini menjadi bagian dari pengelolaan proyek yang memberikan gambaran umum proses desain secara spesifik. Tidak ada aturan saklek tentang pembuatannya. Namun, brief desain biasanya berisi ikhtisar, ruang lingkup, informasi sasaran audiens, lini masa, dan bujet.
Ada dua dua alasan utama yang membuat brief desain dinilai penting: pengarahan dan efisiensi. Baik sebuah jasa profesional yang menciptakan desain untuk klien ataupun bisnis yang mencari agensi desain, brief harus ada demi menghasilkan karya yang berkualitas.
Lalu, bagaimana cara menyusunnya? Berikut tips membuat desain brief yang dapat Anda jadikan sebagai referensi!
Baca juga: Mengenal Flat Desain, Ini Segala Hal yang Perlu Kalian Tahu!
1. Awali dengan gambaran umum bisnis
Ketika mempersiapkan brief desain, mulailah dengan memasukkan informasi kunci terkait bisnis. Dalam ikhtisar, Anda dapat menyisipkan detail-detail dasar, seperti skala atau sektor industri yang digeluti perusahaan.
Kemudian, bahas tentang nilai-nilai dan identitas merek, hal-hal yang membuatnya berbeda, serta poin-poin unik yang menjual sebuah brand. Apabila ada seseorang yang menjadi inti dari perusahaan, masukkan informasi kontaknya dalan gambaran umum. Selain itu, bisa juga menulis detail kontak dari seseorang yang menjadi bagian dalam proyek. Intinya, ikhtisar adalah aspek kunci untuk semua orang yang terlibat dan memberikan info yang diperlukan hanya dengan melihat sekilas.
Baca juga: Pengertian Desain Grafis, Jenis & Dasar yang Harus Diketahui
2. Tentukan ruang lingkup
Setelah merangkum ikhtisar dalam brief, waktunya membahas ruang lingkup proyek. Setiap proyek berbeda-beda, misalnya, membuat logo baru perusahaan, membuat desain grafis untuk laman landas situs web, atau merancang web untuk produk paling gres. Kedua belah pihak harus menyetujui ruang lingkup proyek, lalu menjelaskannya dalam brief desain.
Pastikan bahwa bagian ini diuraikan secara spesifik. Sebagai contoh, apabila proyek melibatkan pemotretan atau pembuatan ilustrasi untuk sebuah kampanye, tuliskan hal ini dalam brief. Jika ilustrasi dan foto hanya dijadikan sebagai konten web, bukan media cetak, pastikan untuk memasukkan detailnya sehingga orang-orang paham. Hal ini untuk menghindari kebingungan dan usaha yang sia-sia.
3. Pilih sasaran audiens
Seorang penulis dan desainer asal New York, Frank Chimero, pernah mengatakan: “Orang-orang tak akan memedulikan desain yang mengabaikan audiens.” Menentukan target pemirsa sama pentingnya dengan hal yang akan didesain. Untuk menetapkan sasaran audiens, mulailah dengan info demografis dasar, seperti gender dan usia.
Lalu, pertimbangkan detail relevan terkait pemirsa, seperti jenis toko yang menjadi tempat mereka berbelanja atau film yang mereka sukai. Anda juga dapat menjelaskan tentang produk yang sudah familier di mata mereka, atau waktu yang paling memungkinkan bagi audiens untuk berinteraksi dengan konten yang dibuat.
Pada kebanyakan kasus, orang-orang dari perusahaan sudah menetapkan persona yang akan menjadi target audiens mereka. Namun, jika belum, cobalah membangun persona sebagai sasaran pemirsa dengan memanfaatkan informasi pelanggan yang tersedia. Anda dapat mengajukan 7 pertanyaan ini:
- Siapakah pelanggan dari produk Anda?
- Bagaimana mereka menggunakan produk?
- Jika Anda mengeluarkan produk baru, apa produk yang saat ini masih digunakan pelanggan?
- Apakah permasalahan kunci yang akan diatasi oleh produk ?
- Bagaimana solusi Anda bisa menguntungkan pelanggan?
- Apa yang mendorong mereka untuk melakukan pembelian?
- Apa yang mereka cari dari produk lain yang sejenis?
Pahamilah audiens supaya pembuatan keputusan dapat dilaksanakan dengan mudah. Selain itu, kumpulan pertanyaan tadi akan membantu perusahaan dalam menciptakan produk bermanfaat kepada target pemirsa.
4. Pahami kompetisi
Dalam hampir setiap skenario pengembangan produk, Anda akan bersaing dengan perusahaan lain. Itu adalah fakta dari sebuah bisnis yang tak dapat dimungkiri. Jadi, akan sangat membantu apabila pebisnis punya pemahaman dari segi kompetisi. Ketika mengetahui hal-hal yang membuat perusahaan Anda berbeda, produk yang unik dan segar akan tercipta sekaligus menonjol di tengah persaingan.
Selain itu, pemahaman tersebut juga membantu tim desain untuk memutuskan sudut pandang proyek dan menyampaikan sesuatu yang benar-benar menggambarkan identitas merek perusahaan. Pada fase ini, desainer bisa memanfaatkan mood boards untuk mengumpulkan inspirasi, mengatur ide, dan menyampaikannya kepada klien.
5. Atur target spesifik
Tips membuat desain brief selanjutnya adalah mengatur target spesifik. Desain yang baik mampu menyelesaikan persoalan. Ketika perusahaan menyewa jasa desain untuk sebuah proyek, mereka melakukannya untuk menuntaskan problem yang sedang terjadi.
Permasalahannya bisa bermacam-macam, seperti ingin menggaet lebih banyak pelanggan atau menawarkan produk baru ke audiens. Apa pun problemnya, pasti ada alasan tertentu di balik penyewaan desainer—hal ini pun perlu dijelaskan dalam brief.
Penentuan target dari proyek desain akan membantu fokus dan pengarahan. Sebagai contoh, perusahaan butuh jasa desain web untuk laman landas yang mampu menggaet orang-orang untuk melakukan pendaftaran. Fokus dapat ditekankan pada pengoptimalan dan pengujian warna dan letak tombol—sehingga bisa memperoleh CTR (click-through-rate) yang lebih tinggi.
Baca juga: Sangat Berpengaruh! Nih,13 Psikologi Warna Dalam Desain!
6. Gunakan materi yang sudah ada
Pada kebanyakan kasus, perusahaan sudah punya beberapa aset yang dapat dipakai oleh desainer dalam proyek—kecuali jika merek melakukan rebrand sepenuhnya. Bisa jadi, klien sudah memiliki desain logo yang ingin digunakan atau tata letak halaman web tertentu yang pernah dipakai pada desain sebelumnya. Selain itu, perusahaan kemungkinan punya tipografi, warna merek, dan pedoman umum tersendiri.
Baca juga: Mau Desain Jadi Keren Coba Nih,18 Jenis Font Tipografi Ini!
7. Setel jadwal
Pemberian ekspektasi yang tepat sangat krusial ketika menggarap proyek apa pun. Kadang-kadang, klien tidak familier dengan jangka waktu proses desain. Maka dari itu, sebagai seorang desainer, tuliskan lini masa terperinci dan berikan tenggat untuk semua pesanan. Apabila bisa mengelola ekspektasi dari awal hingga akhir, proyek dapat dianggap sukses.
8. Perhitungkan bujet
Bujet merupakan aspek esensial dalam setiap proyek. Kedua belah pihak harus setuju dengan bujet sejak awal karena akan memengaruhi hasil akhir desain. Maka dari itu, paparkan biaya untuk setiap layanan yang ditawarkan. Anda juga mengantisipasi problem darurat dengan menambahkan rincian biaya ekstra.
Baca juga: Masih Bingung? Ini Lho 5 Jurusan Desain Grafis di Indonesia
9. Simpulkan
Terakhir, pastikan untuk menyimpulkan brief desain dengan ringkasan. Walau kelihatan sedikit berlebihan, tidak ada salahnya menyisipkan gambaran umum yang mencakup seluruh informasi dasar yang telah disebutkan dalam brief. Pokoknya, buatlah kesimpulan yang bakal menarik klien untuk langsung menandatangani proyek!
Apabila sudah selesai dengan brief desain dan mendapat persetujuan dari masing-masing pihak, tibalah waktunya untuk mengerjakan proyek! Pembuatan brief desain akan mengompilasikan semua informasi esensial yang nantinya dibutuhkan oleh tim desain selama proyek berlangsung. Selain itu, semua tahap dapat diselesaikan dengan mudah berkat brief design.
Memang, pembuatan brief desain bukanlah tugas yang sepele. Namun, jika disusun dengan baik dan benar, dokumen ini tidak hanya menghindarkan Anda dari hambatan-hambatan, tetapi juga bisa memberikan ekspektasi yang sesuai. Selain itu, brief desain juga menjadi sumber fakta yang bakal mempertahankan semua hal tetap pada jalurnya.Sekian tips membuat desain brief kali ini. Semoga membantu, ya!