Design thinking adalah metode yang saat ini populer digunakan oleh berbagai perusahaan dunia. Perusahaan seperti Google, Samsung, GE, dan Apple mengadopsi pendekatan design thinking dan telah mendapatkan manfaatnya. Di sisi lain, berbagai lembaga pendidikan terkemuka dunia, seperti Stanford, Harvard, atau MIT secara aktif mengajarkan design thinking kepada para mahasiswa.
Lalu, apakah kamu tahu apa yang dimaksud dengan design thinking? Selanjutnya, manfaat seperti apa yang bisa didapatkan ketika mengaplikasikan design thinking dalam proses desain grafis? Jawaban dari semua pertanyaan tersebut akan bisa kamu temukan secara lengkap di sini. Hal yang bisa dipastikan, bekal pengetahuan tentang design thinking bisa membuat kamu menciptakan kreasi yang lebih kreatif dan berkelas.
Baca juga: Mau Buat Desain? Pelajari Dulu 6 Tema Dalam Desain Grafis!
Pengertian Design Thinking
Design thinking merupakan istilah yang berlaku secara umum, tidak hanya di kalangan para desainer. Kamu juga bakal menemukan penggunaan istilah ini di bidang lain, seperti sains, teknologi, bisnis, dan lain sebagainya. Dalam dunia desain, design thinking merupakan upaya pendekatan dalam mengatasi sebuah permasalahan. Dalam prinsip design thinking, kamu perlu mencermati faktor kebutuhan user, kemampuan teknologi, serta bisnis.
Dalam penerapannya, design thinking perlu melibatkan berbagai pihak terkait. Selain itu, design thinking merupakan proses berulang yang harus terus dilakukan. Dengan cara ini, kamu dapat memahami kebutuhan para pengguna, mengemukakan asumsi, dan mengidentifikasi strategi untuk meraih solusi permasalahan. Melalui proses design thinking yang terus berulang, kamu pun bisa memperoleh desain yang benar-benar berguna, aplikatif, serta berpotensi bisnis.
Baca juga: Kamu Desainer? Penting Untuk Diingat, 7 Unsur Desain Grafis
5 Tahap Design Thinking Menurut d.school
Seperti yang telah disebutkan, design thinking ialah sebuah proses. Namun, proses apa saja yang perlu dilalui dalam design thinking? Menurut Institut Desain Hasso-Plattner Stanford (d.school), terdapat 5 tahapan penting dalam design thinking, yaitu:
Baca juga: Masih Bingung? Ini Lho 5 Jurusan Desain Grafis di Indonesia
1. Empathize
Proses pertama yang wajib dijalani dalam design thinking adalah empathize atau berempati. Seorang desainer perlu berempati kepada para pengguna produk. Oleh karena itu, kamu perlu melakukan pendekatan secara langsung dengan mereka untuk bisa mengetahui apa yang diinginkan sekaligus kebutuhannya.
Pendekatan tersebut dapat dilakukan dengan proses wawancara. Selain itu, kamu juga dapat berupaya menempatkan diri sebagai salah seorang pengguna. Tindakan ini berguna agar desainer mampu mengetahui permasalahan yang tengah dihadapi oleh pengguna dan sekaligus menyelesaikannya.
2. Define
Dalam proses empathize, kamu akan memperoleh banyak informasi penting berkaitan dengan pengguna. Setelah itu, kamu harus mengolah data tersebut secara efektif sehingga menjadi informasi yang dapat dimanfaatkan. Pada tahapan ini, kamu dapat mengetahui permasalahan inti pengguna, kebutuhan mereka, dan insight yang bisa kamu dapatkan dari data tersebut.
3. Ideate
Tahap yang ketiga adalah tahapan untuk memperoleh ide. Kamu bisa mengumpulkan ide sebanyak-banyaknya. Cara yang efektif untuk memperoleh ide adalah dengan melakukan diskusi dengan seluruh anggota tim. Berkaitan dengan tahapan ideate, ada 3 hal penting yang perlu menjadi perhatian, yakni:
- Jangan mudah melakukan justifikasi. Hal ini kerap terjadi dalam sebuah diskusi. Ketika ada seseorang mengajukan ide, tak jarang peserta diskusi yang lain melontarkan justifikasi secara langsung. Tindakan ini akan membatasi kreativitas berpikir dalam mencari ide baru.
- Cari ide sebanyak-banyaknya. Ide yang diajukan tidak harus selalu unik atau inovatif. Kamu bisa pula mengajukan ide berlandaskan pada pengalaman terdahulu. Bahkan, kamu dapat juga melontarkan ide liar.
- Dorong rasa percaya diri. Kurangnya rasa percaya diri sering menjadi hambatan dalam tahapan ideate. Oleh karena itu, kamu perlu mendorong agar setiap anggota tim dapat memiliki kepercayaan diri dalam mengemukakan idenya. Caranya dapat dilakukan dengan berbagai metode. Sebagai contoh, kamu dapat melakukan vote secara diam-diam untuk memilih satu dari beberapa ide yang telah diajukan.
4. Prototype
Setelah mendapatkan ide dan menyepakatinya, tahap selanjutnya dalam proses design thinking adalah prototype. Dalam tahapan ini, kamu perlu membangun prototype atau purwarupa dari produk yang akan dibuat. Prototype tersebut dibuat dengan versi yang lebih ekonomis dan fitur terbatas. Dari pembuatan prototype tersebut, kamu dapat melakukan evaluasi dan sekaligus memperbaikinya. Proses pembuatan prototype dapat berulang sampai kamu bisa memperoleh prototype yang bagus.
5. Test
Tahap yang terakhir adalah test atau pengujian. Berbeda dengan tahap prototype, pengujian kali ini melibatkan para pengguna secara langsung. Kamu pun bisa memperoleh masukan dari mereka berkaitan dengan pengalamannya dalam memakai produk yang tengah didesain. Selanjutnya, kamu dapat melakukan penyempurnaan dengan mempertimbangkan masukan dari para pengguna.
Contoh Pengaplikasian Design Thinking
Design thinking adalah sebuah proses yang dapat diterapkan dalam berbagai bidang. Oleh karenanya, tidak heran kalau berbagai perusahaan mengaplikasikannya. Salah satu contohnya adalah penerapan design thinking oleh AirBnB.
Airbnb secara khusus membangun kultur bereksperimen. Startup umumnya melakukan eksperimen dengan parameter pengukuran yang jelas untuk menilai keberhasilannya. Namun, tidak halnya dengan Airbnb. Mereka memberlakukan eksperimen tanpa disertai parameter terukur. Hasilnya, Airbnb bertransformasi dari startup gagal menjadi salah satu unicorn sukses dunia.
Contoh lain penerapan design thinking dapat kamu lihat pada Uber Eats. Mereka menjalankan layanan pengiriman makanan dengan pola pikir design thinking. Uber Eats pun berupaya untuk memahami bahwa setiap wilayah punya konsumen yang unik dengan kebiasaannya tersendiri.
Untuk melakukannya, Uber Eats secara konstan berusaha untuk membaur dengan masyarakat lokal dan mempelajari kebiasaan mereka. “Berdiam diri di kantor San Francisco atau New York, kami tidak akan mampu memahami secara penuh pengalaman seseorang yang tinggal di Bangkok atau London”, tulis Paul Clayton Smith, salah seorang mantan desainer di Uber Eats.
Manfaat Penerapan Design Thinking
Ketika menerapkan design thinking, ada 5 manfaat utama yang bisa kamu dapatkan, yakni:
Baca juga: Profesi Penting! Simak deh, 7 Manfaat Desain Grafis Ini!
1. Menurunkan risiko kerugian
Tahapan prototype dalam design thinking adalah untuk mampu meminimalkan kerugian saat meluncurkan produk baru. Biaya yang diperlukan untuk memperbaiki prototoype jauh lebih murah dibandingkan harus mengubah produk jadi yang sudah dilepas ke pasaran.
2. Solusi yang inovatif
Design thinking mendorong kamu untuk memperoleh ide sebanyak-banyaknya. Dalam tahapannya, kamu bisa mengeliminasi ide-ide yang dianggap kurang aplikatif dan akhirnya bisa memperoleh solusi inovatif.
3. Proses belajar lebih cepat
Proses design thinking merupakan peluang untuk mengajak seluruh anggota tim belajar desain grafis bersama. Apalagi, masing-masing anggota akan didorong untuk mengemukakan idenya. Semakin banyak orang yang berpikir, proses pembelajaran yang pun berjalan kian cepat.
4. Kenyamanan pengguna
Produk dari design thinking merupakan barang jadi yang sudah melewati proses eliminasi berulang. Berbagai fitur tak berguna, ketidaknyamanan dalam pemakaian, dan berbagai hal negatif lain, dapat dihilangkan sebelum peluncuran produk. Alhasil, pengguna berhasil mendapatkan barang yang memberi manfaat besar dan benar-benar berguna.
5. Keuntungan lebih banyak
Dengan kepemilikan produk yang bermanfaat bagi pengguna, tak heran kalau barang tersebut akan laku keras di pasaran. Alhasil, perusahaan bisa meraih keuntungan lebih besar dari produk tersebut.
Nah, itulah informasi penting terkait penerapan design thinking adalah upaya memperoleh desain grafis yang lebih kreatif dan berkelas. Semoga bermanfaat, ya.