Litografi : Teknik Cetak ‘Jadul’, Tapi Masih Awet Hingga Kini!

Litografi Teknik Cetak 'Jadul', Tapi Masih Awet Hingga Kini!

Pernah dengar tentang litografi? Litografi adalah sebuah teknik cetak yang sudah diterapkan di industri percetakan sejak abad ke-18. Hingga kini, penerapan litografi dalam dunia percetakan masih bisa Anda jumpai. Tentu saja, litografi telah mengalami berbagai modifikasi sehingga bisa diterapkan untuk memenuhi kebutuhan industri saat ini.

Penasaran bagaimana proses kerja teknik cetak ini? Anda bisa mempelajarinya di artikel berikut. Yuk, pelajari selengkapnya!

Apa Sih Litografi Itu? 

Sebelum mengenal langkah-langkah mencetak dengan teknik litografi, mari pelajari dahulu apa yang dimaksud dengan litografi. Litografi adalah teknik cetak yang menggunakan batu sebagai acuan untuk mencetaknya. Litografi sendiri merupakan sebuah istilah yang berasal dari bahasa Yunani. Asal katanya adalah lithos (batu) dan graphein (menulis).

Teknik cetak ini didasarkan pada prinsip minyak yang tidak bisa dicampur dengan air. Bagian gambar yang akan dicetak merupakan bagian yang mengandung lemak dan bagian ini pulalah yang akan diolesi tinta.  Biasanya, bagian yang akan dicetak memiliki permukaan yang datar. Beberapa material yang umumnya digunakan adalah batu kapur (batu gamping) atau plat logam. Di sisi lain, media cetak yang akan digunakan bisa berbentuk kertas, kain, atau media lain yang mendukung.

Pada awalnya, teknik litografi banyak digunakan untuk memproduksi buku maupun lukisan. Teknik yang bisa dikatakan cukup ‘jadul’ ini masih digunakan hingga saat ini, baik untuk mencetak karya seni grafis maupun mencetak teks di berbagai media yang mendukung. 

Cara Kerja Cetak Litografi itu Gimana, Sih? 

Pada dasarnya, teknik cetak litografi memiliki cara kerja yang cukup mudah. Berikut adalah step-by-step teknik cetak litografi tradisional.

  1. Pertama, siapkan dahulu material yang hendak digunakan sebagai acuan. Pada penjelasan ini, yang akan dijadikan media acuan adalah batu kapur/batu gamping. Pastikan ukurannya sudah disesuaikan dan pastikan dahulu permukaannya sudah rata.
  2. Lalu, lakukan proses sketsa gambar di atas area batu kapur.
  3. Olesi dengan nitric acid di bagian yang sudah disketsa.
  4. Di bagian yang tidak ada goresan gambarnya, oleskan getah/gum arab.
  5. Setelah itu, olesi permukaan batu kapur tersebut dengan tinta minyak hingga merata. Nantinya, tinta minyak ini akan menempel pada bagian yang memiliki kandungan nitric acid. Di sisi lain, tinta tidak akan menempel pada bagian yang diolesi cairan getah. Untuk mengoleskan tinta, biasanya Anda akan membutuhkan rol tinta agar tinta yang dioleskan bisa rata.
  1. Setelah itu, Anda bisa langsung melakukan proses pencetakan. Letakkan media (kertas, kain, dsb.) di atas batu kapur yang sudah diolesi tinta.
  2. Lakukan proses pressing agar tinta yang ada di atas batu kapur bisa menempel pada media.

Yuk, Kita Simak Sejarah Teknik Cetak Litografi!

Teknik cetak litografi merupakan teknik cetak yang ditemukan oleh ilmuwan Jerman bernama Alois Senefelder pada 1796. Karena Senefelder juga merupakan seorang aktor, ia menggunakan litografi untuk mencetak teks teatrikal.

Litografi tradisional satu warna kemudian menjadi teknik cetak yang berkembang dan banyak digunakan oleh para seniman di tahun 1800-an. Saat itu, litografi mencetak teknik cetak yang populer untuk memproduksi buku maupun lukisan.

Sejak pertengahan terakhir tahun 1800-an, teknik litografi mulai dikembangkan dengan beberapa tinta berwarna. Meskipun teknik ini bisa menghasilkan cetakan dalam beberapa warna, kualitas hasil cetak litografi ini dinilai kurang baik.

Pada 1853, istilah offset litography (litografi offset) mulai dikenalkan. Litografi offset merupakan sebuah proses cetak yang diawali dengan mencetak gambar yang ingin diperbanyak di atas silinder berbahan karet. Berkat adanya teknik cetak ini, gambar bisa dicetak dengan lebih mudah di atas berbagai material—baik kertas, kayu, kulit, maupun lempengan timah. 

Pada abad ke-20, penggunaan litografi—khususnya offset litography, digunakan secara luas untuk melakukan pencetakan lukisan. Pablo Picasso, seorang seniman kenamaan dunia, menghidupkan teknik cetak yang satu ini dan membuat litografi semakin terkenal di seluruh dunia. 

Hingga saat ini, litografi masih terus digunakan sebagai salah satu metode pencetakan. Bisa dikatakan, litografi digunakan di hampir 40% semua proses pencetakan, penerbitan, dan pengemasan. Seniman juga sering menggunakan teknik ini. Pasalnya, litografi bisa digunakan untuk menghasilkan cetakan yang berkualitas dengan kualitas yang baik.

Baca juga: Apa Itu Percetakan?

Litografi di dunia modern

Apakah litografi menggunakan batu kapur masih umum digunakan di era modern? Penerapannya berkurang, namun litografi seperti ini tidak sepenuhnya hilang. Saat ini litografi menggunakan plat batu kapur bisa dijumpai pada proses pencetakan fine art, contohnya seperti lukisan. 

Selain litografi tradisional yang menggunakan batu kapur, saat ini juga ada litografi offset. Biasanya, litografi offset diaplikasikan untuk mencetak media massa (misalnya koran). Terkait jenis litografi yang satu ini, Anda bisa mempelajarinya lebih lengkap di penjelasan berikut.

Apakah Litografi dan Offset Printing Sama?

Pernah mendengar istilah cetak offset (offset printing)? Apa sih yang dimaksud dengan cetak offset dan apakah proses ini sama dengan litografi? Proses offset printing pada dasarnya menggunakan teknik cetak litografi. Proses ini diawali dengan membuat desain yang ingin dicetak, lalu memisahkan desain berdasarkan empat warna CMYK (Cyan, Magenta, Yellow, Black). 

Baca juga: Supaya Ga salah Cetak, Nih Pahami Perbedaan RGB dan CMYK

Nah, setelah desain siap, tiap desain berwarna akan dibuat menjadi sebuah pelat. Nantinya, pelat ini akan ditempatkan di roller pelat yang akan bersinggungan langsung dengan:

Apa guna dari masing-masing roller? Masing-masing roller ini akan bermanfaat pada teknik litografi yang diterapkan dalam proses cetak offset ini.

  1. Water dan ink roller akan bekerja untuk memberikan warna di atas pelat. Tinta yang akan dioleskan ink roller di atas pelat akan diatur khusus agar hanya mengenai bagian gambar saja. Di sisi lain, bagian non-gambar di pelat akan diberikan air yang didapatkan dari water roller. Di sinilah prinsip utama litografi bisa Anda jumpai. 
  2. Rubber blanket roller merupakan silinder berbahan karet yang digunakan untuk menangkap warna yang sudah ada di pelat. Nantinya, rubber blanket roller akan bersinggungan langsung dengan media yang digunakan untuk mencetak, misalnya kertas, kain, dsb. Ketika bersinggungan, tinta akan ditransfer ke media tersebut. 

Proses offset sendiri merujuk pada proses pemindahan tinta dari pelat ke karet (blanket) sesuai dengan desain yang dibuat. Karena pelat yang dibuat ada empat buah, nantinya media akan bersinggungan dengan empat rubber blanket roller. Pertama, media akan mendapatkan tinta warna cyan, lalu diikuti tiga warna lainnya sesuai urutan CMYK. Proses cetak offset selesai dilakukan setelah media mendapatkan empat warna tinta.

Baca juga: Mengapa Mencetak Harus Menggunakan Warna CMYK?

Walaupun mekanismenya terdengar rumit, sebenarnya proses yang disebutkan di atas berlangsung cepat karena menggunakan mesin. Tak heran, proses cetak offset biasanya digunakan untuk mencetak dalam jumlah besar. Misalnya seperti koran dan majalah.

Litografi adalah suatu teknik cetak yang sudah lama digunakan. Saat ini, teknik cetak litografi banyak digunakan tidak hanya untuk mencetak buku maupun lukisan, tetapi juga media massa seperti koran maupun majalah. Ingin tahu informasi lain yang berkaitan dengan dunia printing dan desain grafis? Supaya tidak ketinggalan informasi terkini tentang industri printing dan desain grafis, Anda bisa mengunjungi website Solusi Printing. Yuk, perluas pengetahuan Anda dan kembangkan bisnis bersama Solusi Printing!

Nah, itulah penjelasan mengenai litografi berikut sejarah dan gambaran prosesnya. Semoga informasi di atas bermanfaat, ya!

Exit mobile version