Menjadi seorang desainer grafis tidaklah gampang. Namun di balik karya-karya yang impresif yang dihasilkan, pada dasarnya ‘hanya’ ada tujuh unsur desain grafis yang perlu diolah sedemikian rupa: garis, bentuk, gelap-terang, ukuran, warna, ruang, dan tekstur.
Baca juga: Lagi Belajar Desain? Simak Deh 7 Prinsip Desain Grafis Ini
Mengenal Unsur Desain Grafis
Seorang desainer grafis harus memiliki kreativitas tinggi sebagai salah satu keterampilan dasarnya. Kreativitas tersebut pun diperoleh melalui perjalanan panjang dan harus senantiasa diasah dengan cara memperbanyak referensi. Dengan demikian, karya desain visual yang dihasilkan pun akan senantiasa berkembang dan tak mengenal batas.
Adapun desain grafis sebagai sebuah bentuk seni sudah pasti lahir juga sebagai bentuk olah rasa dari perancangnya. Kendati demikian, pemahaman teori seperti unsur-unsur dalam desain grafis perlu pula dimiliki sebagai pedoman dalam berkarya. Wawasan teoritis tersebut kemudian dikombinasikan dengan kreativitas serta rasa sang desainer yang dituangkan dalam sebuah bentuk karya grafis.
Unsur dalam sebuah desain grafis sendiri terdiri atas tujuh hal. Masing-masing memiliki peran berbeda sehingga tidak setiap desain grafis akan selalu memuat ketujuh unsur tersebut. Selengkapnya, berikut penjelasan tentang unsur-unsur yang ada dalam desain grafis.
1. Garis (Line)
Garis adalah unsur paling dasar dalam sebuah bentuk desain. Garis merupakan titik-titik yang saling terhubung sehingga membentuk sebuah bentuk gambar seperti garis lurus, garis lengkung, garis putus-putus, garis zigzag, garis vertikal, garis horizontal, garis diagonal, dan garis tidak beraturan sekalipun.
Setiap garis yang terbentuk pun memberi kesan yang berbeda. Seperti contoh adalah garis lurus vertikal yang menimbulkan impresi stabil, elegan, dan seimbang. Sementara itu, garis lurus horizontal menghadirkan impresi yang formal dan profesional. Adapun gariz zigzag mengesankan gairah, semangat, dan gerak cepat, sedangkan garis lengkung mengesankan keanggunan.
Garis menjadi unsur dasar dalam membangun sebuah bentuk atau konstruksi desain. Namun tak hanya itu, garis juga berfungsi untuk menyatukan komposisi, menyampaikan gerakan, hingga mencapai suasana hati yang dimaksud melalui penggunaan garis berdasarkan karakternya.
2. Bentuk (Shape)
Bentuk dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang mempunyai komposisi lebar, tinggi, dan diameter. Oleh karena segala sesuatu dalam desain grafis pada akhirnya adalah soal bentuk, maka seorang desainer grafis pun harus mampu menciptakan bentuk-bentuk yang tepat dan bagaimana antara satu bentuk dengan bentuk lainnya berinteraksi.
Ada banyak bentuk yang diketahui, seperti kotak, lingkaran, segitiga, elips (lonjong), trapesium, segi enam, dan lain-lain. Sama seperti garis, setiap bentuk juga mempunyai makna masing-masing. Seperti contoh adalah kotak menggambarkan soliditas, keamanan, kesetaraan, kekuatan, dan sebagainya. Sementara itu, lingkaran umumnya menggambarkan kesan dinamis, tidak terputus, abadi, dan sebagainya.
Sementara itu berdasarkan sifatnya, secara umum bentuk dibagi menjadi bentuk geometris, bentuk natural, dan bentuk abstrak. Bentuk geometris adalah bentuk yang segala sesuatunya dapat diukur (contoh: kerucut yang berasal dari segitiga dan lingkaran), sementara bentuk natural adalah bentuk yang dapat berubah dan bertumbuh ukurannya (contoh: pohon, bunga, buah, dan sebagainya). Adapun bentuk abstrak adalah bentuk yang memberi kesan tidak jelas dan tidak terdefinisikan secara mutlak bentuk yang dihasilkan.
3. Gelap Terang (Contrast)
Sebuah hasil desain harus memiliki value tersendiri yang mampu menjadikannya memiliki nilai estetika lebih baik atau tidak. Dalam hal ini, gelap terangnya sebuah objek, latar, maupun teks menjadi value yang dimaksud. Seorang perancang grafis harus mampu menghasilkan value kontras pada desain yang dibuatnya dengan skala yang tepat sehingga komposisi karya keseluruhan tetap terjaga seimbang.
Unsur desain grafis ini pada dasarnya adalah untuk menciptakan titik fokus dan menarik perhatian ke bagian tertentu. Di samping itu, adanya perbedaan gelap dan terang juga akan membuat sebuah desain grafis tidak membosankan. Tanpa adanya perbedaan komposisi ini pun turut membingungkan audiens untuk memahami makna atau pesan yang ingin ditampilkan melalui karya grafis tersebut.
4. Ukuran (Size)
Ukuran merupakan panjang dan pendek, tinggi dan rendah, serta besar dan kecilnya sebuah objek dalam desain grafis. Penggunaan ukuran akan membantu membentuk hirarki yang akan ditampilkan. Dengan demikian, audiens pun akan terarah untuk mengamati objek dan memahami makna desain sesuai dengan yang diharapkan oleh sang desainer.
Informasi maupun objek yang menjadi inti desain akan ditonjolkan dengan cara penggunaan ukuran yang lebih besar, baik berupa teks maupun bentuk tertentu. Pun sebaliknya, makin minor informasi atau elemen dalam desain yang ingin ditampilkan, makin kecil pula ukurannya.
Adapun dalam menerapkan ukuran pada masing-masing elemen dalam desain, seorang desainer juga tetap harus memperhitungkan komposisi. Perbandingan ukuran antara elemen satu dengan elemen lainnya dibuat dengan berbeda untuk memberi penekanan tertentu, tetapi keseluruhannya harus tetap dapat memberi kesan utuh yang harmonis. Hal tersebut juga akan memberi kesan nyaman bagi audiens saat menikmati hasil desain.
5. Warna (Color)
Warna adalah unsur dalam desain grafis yang berperan sangat kuat dalam memengaruhi emosi seseorang. Unsur ini pun menjadi unsur yang paling utama dalam menarik perhatian audiens untuk menikmati desain yang disajikan karena karakternya yang begitu kuat dan dapat berdiri sendiri.
Saking sakralnya unsur yang satu ini, seorang perancang grafis harus benar-benar cerdas dalam memilih warna apa yang akan digunakan. Mengombinasikan antara satu warna dengan warna lainnya pun bukanlah perkara yang mudah tanpa didasari pertimbangan matang. Tak cuma warna apa yang dipilih, desainer pun bahkan perlu menguasai teknik untuk menyeimbangkan saturasi dan kecerahan masing-masing warna.
Setiap warna pun mempunyai karakternya yang akan sangat berpengaruh terhadap psikologis audiens. Maka dari itu, seorang desainer grafis juga bahkan perlu mempelajari teori psikologi warna. Hal ini akan berpengaruh terhadap keseluruhan penilaian audiens terhadap hasil desain.
Baca juga: Sangat Berpengaruh! Nih,13 Psikologi Warna Dalam Desain!
6. Ruang (Space)
Ruang adalah area kosong yang berada di sekitar unsur-unsur sebuah desain grafis. Adapun fungsi ruang adalah untuk memisahkan atau mengelompokkan informasi. Di samping itu, ruang juga dapat dimanfaatkan untuk mengarahkan perhatian audiens ke area yang diharapkan.
Kegunaan ruang dalam sebuah desain grafis yang tidak kalah penting adalah sebagai area untuk mengistirahatkan pandangan. Desain yang terlalu penuh dan ramai akan menimbulkan ketidaknyamanan tersendiri. Maka dari itu, keberadaan ruang akan membantu audiens untuk menikmati keseluruhan karya dengan lebih tenang tanpa menghilangkan gairah.
7. Tekstur (Texture)
Unsur yang satu ini sangat identik dengan indra peraba. Namun tanpa diraba pun—seperti desain grafis dalam bentuk digital maupun cetak 2D—tekstur juga dapat dinikmati langsung melalui indra penglihatan. Corak atau tampilan permukaan yang dibuat menghasilkan tekstur tertentu akan kian memanjakan visualisasi audiens.
Kehadiran tekstur akan memperkaya pengalaman audiens sekaligus meningkatkan nilai estetika. Namun yang harus dipahami, tekstur tidak selalu bersifat nyata. Artinya, boleh jadi sebuah desain memiliki tekstur yang memberi kesan permukaan tersebut kasar, tetapi ketika diraba justru halus. Untuk menghasilkan ‘permainan’ cerdas seperti ini, seorang desainer grafis tentu telah mengantongi banyak referensi dan pengalaman.
Nah, itulah tujuh unsur desain grafis. Masing-masing mempunyai peran berikut karakter yang berbeda. Adapun dalam menggunakan dan mengombinasikan setiap unsur tersebut sehingga menghasilkan karya desain yang impresif, seorang desainer perlu untuk menyeimbangkan antara wawasan teoritis, referensi, olah rasa, dan pengalamannya.